Rabu, 21 November 2012

Skala Pengkuran dan Angka Penting

Skala Pengukuran dan Angka Penting 
Oleh: Sudirman Dg. Massiri, S.Hut., M.Sc

I.     Pemahaman Data dan Informasi
Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat  dari suatu kenyataan. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas, dan transaksi, yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh  secara langsung kepada pemakai Oleh karena itu, data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Wujud dari data dapat berupa nilai yang terformat, teks, citra, audio dan Vidio.
Data yang telah diolah disebut informasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa Informasi merupakan hasil pengolahan dari sebuah model, formasi, organisasi, ataupun suatu perubahan bentuk dari data yang memiliki nilai tertentu, dan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan bagi yang menerimanya. Dalam hal ini, data bisa dianggap sebagai obyek dan informasi adalah suatu subyek yang bermanfaat bagi penerimanya.
Contoh data dalam bidang kehutanan seperti data pengukuran diameter pohon, hasil pengukuran tinggi pohon. Bentuk lain dari data dapat berupa audio seperti hasil wawancara dengan masayarakat sekitar hutan yang direkam dalam tape recorder. Contoh bentuk data vidio dalam bidang kehutanan adalah hasil cuplikan vidio tentang perilaku satwa di hutan. Selain itu, citra satelit juga merupakan data. Semua contoh data di atas belum memberikan arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan pengolahan.
Setelah melalui proses pengolahan berdasarkan tujuan tertentu, data tersebut dapat memberikan arti untuk menambah pengethuan bagi penerimanya. Data pengukuran diameter pohon dan tinggi pohon dapat memberikan informasi potensi volume pohon atau stok dalam suatu kawasan hutan.  Begitu juga data audio tentang wawancara masyarakat di sekitar hutan dapat diolah sehingga memberikan informasi tentang persepsi masyarakat terhadap hutan, tingkat ketergantungan masyarakat dengan hutan dan lain-lain. Data citra hanyalah merupakan gambar yang belum mempunyai arti. Akan tetapi setelah melalui proses pengolahan, data ini dapat memberikan informasi yang sangat bermanfaat seperti  informasi kondisi hutan, informasi kerusakan hutan, potensi tegakan, karbon, dan sebagainya. 
Terkadang untuk memperoleh sebuah informasi membutuhkan lebih dari satu data. Contohnya, informasi tentang potensi karbon dalam suatu kawasan hutan yang luas membutuhkan data citra dan  data diameter pohon. Data diameter yang diolah dalam persamaan allometrik yang tersedia, selanjutnya padukan dengan data citra akan menghasilkan informasi potensi karbon dalam kawasan hutan tersebut.
II.    Klasifikasi Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian angka untuk berbagi objek sedemikian rupa sehingga obyek ini mewakili kualitas atribut. Terdapat empat skala pengukuran sebagai berikut:
a.     Skala Nominal
Merupakan salah satu jenis pengukuran di mana angka dikenakan untuk objek atau kelas objek untuk tujuan identifikasi. skala ini berfungsi untuk  mengelompokan data, tetapi tidak memiliki arti. Contoh di bidang kehutanan yakni petani hutan diberi angka 1, bukan petani hutan diberi angka 2. Contoh lain adalah perambah hutan diberi angka 1, bukan perambah diberi angka 2. Distribusi spasial vegetasi; acak = 1, mengelompok = 2, dan merata = 3.  Angka 2 tidak berarti lebih besar dari angka 1.
b.    Skala ordinal
Merupakan skala satu jenis pengukuran dimana angka dikenakan terhadap data berdasarkan urutan dari obyek. Skala ini memberi arti prioritas/peringkat/ranking. Jarak satu angka dengan angka lainnya mungkin tidak sama. Contoh data ordinal dalam bidang kehutanan adalah tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan hutan; sangat berpartisipasi = 4, berpartisipasi  = 3, kurang berpartisipasi = 2, tidak berpartisipasi = 1.
c.    Skala Interval
Merupakan salah satu jenis pengukuran dimana angka-angka yang dikenakan memungkinkan kita untuk membandingkan ukuran dari selisih antara angka-angka. Skala interval adalah skala yang jaraknya sama, tetapi tidak mempunhyai nilai nol absolut (mutlak). Nilai nol masih punya arti. Contoh di bidang kehutanan adalah pengukuran suhu di hutan, penentuan azimuth pohon dalam plot.
d.    Skala Rasio
Merupakan salah satu jenis pengukuran yang memiliki nol alamiah atau nol absolut. Pengukuran menggunakan skala ini bisa dibuat penjumlahan atau perkalian. Contoh skala ini di bidang kehutanan adalah pengukuran volume pohon, biomassa, karbon dan lain-lain.

III.    Angka Penting

Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran, terdiri atas angka-angka pasti dan angka angka terakhir yang ditaksir (angka taksiran). Angka pasti diperoleh dari penghitungan skala alat ukur, sedangkan angka taksiran diperoleh dari setengah skala terkecil. Sebagai contoh, pengukuran diamater semai adalah 17,5 mm.  Angka 17 diperoleh dari pengukuran skala yang disebut dengan angka pasti, sedangkan angka 0,5 diperoleh dari ½ mm atau kurang dari 1 mm merupakan angka taksiran.
Jika sebuah batang  panjangnya ditulis 18,4 centimeter. Secara umum panjang batang tersebut telah diukur sampai dengan perpuluhan centimeter dan nilai eksaknya terletak di antara 18,35 cm hingga 15,45 cm. Seandainya pengukuran panjang batang  tersebut dinyatakan sebagai 18,40 cm berarti pengukuran batang telah dilakukan hingga ketelitian ratusan centimeter. Pada 18,4 cm maka terdapat 3 angka yang penting sebagai hasil pengukuran. Pada pelaporan hasil pengukuran 18,40 cm berarti terdapat 4 angka yang penting sebagai hasil pengukuran.
Hasil pengolahan data tidak boleh lebih banyak angka pentingnya dibandingkan dengan hasi pengukuran. Ketelitian pengelohan data tidak boleh melebihi ketelitian pengukuran, seperti penggunaan 3 bahkan lebih angka penting setelah koma pada alat ukur mistar sementara skala pada mistar yang digunakan hanya sampai pada skala mm. Contoh kesalahan angka penting adalah hasil pengolahan data mendapatkan nilai 12,573 cm padahal skala minimal pada alat ukur yang digunakan adalah mm.
Aturan perkalian/pembagian angka penting
1. Perkalian/pembagian antar angka pasti dengan angka pasti hasilnya angka pasti.
2. Perkalian/pembagian antar angka pasti dengan taksiran hasilnya angka taksiran.
3. Hasil perkalian/pembagian angka penting hanya memuat satu angka taksiran.
Dengan ketentuan ini ternyata hasilnya memiliki angka penting yang jumlah angka penting sama dengan jumlah angka penting terkecil yang dikalikan.
Contoh :
- 2 angka penting x 5 angka penting = 2 angka penting
- 5 angka penting x 3 angka penting = 3 angka penting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar